Dalam buku Konflik dan Manajemen Konflik (2010) karya Wirawan, dijelaskan bahwa tersedia tiga tipe mediator, yaitu: Mediator jaringan sosial Mediator jaringan sosial adalah individu yang diminta menjadi seorang mediator dikarenakan membawa interaksi dengan para pihak yang terlibat konflik. Individu berikut merupakan bagian dari suatu jaringan sosial, seperti seorang teman, tetangga, rekan kerja, kolega bisnis, tokoh agama, dan sebagainya.
Mediator otoritatif Mediator otoritatif adalah seseorang yang dipilih menjadi mediator dikarenakan punyai interaksi otoritas dengan para pihak yang terlibat konflik. Misalnya adalah atasan yang punyai kapasitas untuk merubah mereka (pihak) yang terlibat konflik. Akan tetapi, mediator tipe ini tidak punyai hak untuk mengambil keputusan. Mediator berikut hanya menunjang mengembangkan alternatif dan pemilihan alternatif terbaik yang akan diserahkan kepada kedua belah pihak yang terlibat konflik.
Mediator independent Mediator independent adalah mediator profesional yang laksanakan intervensi seara netral kepada pihak-pihak yang terlibat konflik. Mediator tipe ini, umumnya terdapat dalam budaya yang udah mengembangkan formalitas pertolongan untuk merampungkan konflik dengan pertolongan profesional.
Anggota budaya berikut lebih menyukai pertolongan dan nasihat dari orang luar yang dianggap tidak punyai kepentingan tetap dalam sistem intervensi dan solusi konflik. Mediator tipe ini, jelaslah berbeda dengan mediator jaringan sosial dan mediator kuliah timur tengah otoritatif. Mediator jaringan sosial dan mediator otoritatif seringkali punyai kepentingan tertentu dengan pihak-pihak yang terlibat konflik. Sedangkan mediator independent tidak punyai kepentingan apapun, dengan sebutan lain netral. Ia murni mobilisasi tugasnya sebagai mediator profesional.